Berita Dunia Inspirasi

HARI PANGAN SEDUNIA: Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku

HARI PANGAN SEDUNIA: Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku“Artikel Lomba Hari Pangan Sedunia 2015 diselenggarakan PERGIZI PANGAN Indonesia”
HARI PANGAN SEDUNIA

Seseorang tidak akan bisa berpikir dengan benar, mencintai dengan benar, dan tidur dengan baik jika dia belum "MAKAN" – Virginia Wooolf, penulis berkebangsaan Inggris
Apabila pernyataan dari Virginia Woolf direnungi, tentu kita dapat menyadari bahwa makan merupakan  hal yang vital bagi kehidupan masyarakat. Asupan makanan seimbang dan bergizi tentu menjadi kunci terselesaikannya kegiatan harian dengan baik.

Berbicara tentang pangan dunia, masyarakat akan menyambut Hari Pangan Sedunia yang akan jatuh beberapa hari lagi pada 16 Oktober. Rekam jejak hari pangan sedunia ini sendiri tak dapat dilepaskan dari sejarah terbentuknya salah satu organisasi PBB yang menangan pangan yakni FAO (Food and Agriculture Organisation)  yang didirikan pada 16 Oktober 1945.

Peringatan hari pangan sedunia itu sebenarnya tidaklah langsung diperingati sejak awal pertama organisasi ini berdiri. Bermula dari konferensi ke-20 FAO pada 1976 di Roma, para peserta mencetuskan resolusi No. 179 tentang peringatan World Food day. Berdasarkan kesepakatan yang dilakukan oleh 147 negara, termasuk Indonesia, akhirnya 16 Oktober diperingati sebagai Hari Pangan Sedunia (HPS).

Setiap tahun semenjak pertama kali peringatan dilakukan tentu selalu ada isu khusus dalam dinamika pangan dunia. Pada tahun 2015 ini, terdapat cukup banyak tantangan yang harus dihadapi Indonesia maupun internasional. Pertambahan populasi masyarakat Indonesia dan dunia yang terus melaju pesat mau tidak mau membuat banyak pihak memberikan perhatian khusus terhadap kecukupan stok pangan. Hal ini makin serius setelah terjadinya perubahan cuaca maupun force majeure lain yang membuat status gawat darurat pangan dunia makin nyata.

Tentu dibutuhkan sumbangsih banyak pihak agar stok pangan tercukupi dan perputaran pangan berjalan lancar agar dapat menurunkan status darurat. Salah satu yang tidak boleh dinomorduakan adalah keberadaan petani sebagai pilar penting produksi pangan lokal dan dunia. Penyematan gelar petani itu sendiri sebenarnya cukup universal karena dapat meliputi mereka yang memegang cangkul, menyebarkan jala, hingga menernak hewan. 

Petani, dalam perkembangan dan kesahajaan profesinya, memiliki tiga fungsi penting dalam kehidupan bangsa dan negara, antara lain:
Petani Pejuang Pangan dan Gizi Bangsaku
Menelisik beratnya tuntutan pemenuhan pangan dan gizi bangsa Indonesia, rasanya cukup layak menyandangkan gelar pejuang bangsa bagi mereka yang menggeluti bidang ini. Penyematan petani pejuang pangan dan gizi bangsaku bukanlah sebuah hal hiperbolis mengingat pihak inilah yang berada dalam garda depan pemenuhan stok pangan kita.

Jika masih ragu, cobalah ingat kebutuhan makanan primer apa yang tidak berasal dari petani? Beras dan produk pertanian berasal dari petani, ikan dan produk maritime berasal dari nelayan, serta produk daging berasal dari peternak. Berawal dari kerja keras orang-orang seperti inilah, kita dapat tumbuh sebagai masyarakat sehat dengan asupan nutrisi terpenuhi.
Petani Hidup dan Mati bangsaku
Hari Pangan Sedunia yang diperingati setiap tahun juga pasti memengingatkan kita semua tentang pentingnya posisi petani dalam kehidupan bangsa. Mereka adalah denyut nadi negara yang jika hilang, maka matilah sebuah bangsa.

Ungkapan tersebut bagi beberapa orang mungkin berlebihan, namun kita tidak akan memandangnya demikian bila membayangkan kehidupan berbangsa tanpa profesi petani. Jika itu terjadi, lalu siapa yang akan menyediakan stok pangan? Siapa yang akan mengendalikan perputaran pangan lokal? Mungkin saja kita bisa melakukan impor, tapi pengambilan langkah ini dapat membuat pasar kebingungan dan pada akhirnya membuat harga tak terkendali.
Petani Tulang Punggung Pangan dan Gizi Bangsaku
Petani memiliki posisi esensial dalam kehidupan berbangsa sebagai tulang punggung pangan. Orang-orang yang menggeluti bidang ini secara tidak lansung turut bertanggungjawab terhadap ketersediaan bahan pangan. Mereka, dengan bantuan pemerintah dan pihak lain, harus berusaha menghasilkan jumlah produksi pangan setara dengan kebutuhan masyarakat agar asupan nutrisi tercukupi.

Petani juga menjadi tulang punggung gizi bangsa yang harus memastikan stok pangan tetap ada untuk meminimalisir kejadian gizi buruk masyarakat, terutama anak-anak. Data dari Depkes RI (2006) menyebutkan bahwa masih ada sekitar 28% dari total balita di Indonesia yang mengalami gizi kurang. Jika dibiarkan, tentu saja dapat berdampak pada kematian dan penurunan kualitas sumber daya manusia.


Hari Pangan Sedunia

Tiga poin yang telah dijelaskan tersebut tentu membuat kita tersadar dan tidak perlu lagi memandang kaum petani sebagai kaum kelas dua ‘kan? Nah bersamaan dengan Hari Pangan Sedunia 2015 yang bertema Pemberdayaan Petani Sebagai Penggerak Ekonomi Menuju Kedaulatan Pangan, kita sebagai warga negara harus secara proaktif menggenjot sektor pangan bangsa demi masa depan kehidupan masyarakat lebih baik.

Memang di masa-masa nanti masih banyak tantangan yang harus dihadapi, seperti rendahnya pendidikan di kalangan petani, kurangnya fasilitas memadai, besarnya jumlah biaya operasional, hingga beragam faktor lain yang dapat menghadang kualitas petani bangsa. Namun segala tantangan yang melintang tersebut seharusnya dapat ditanggapi dengan bijak agar dapat menjadi pelajaran untuk perbaikan di masa yang akan datang. Selamat Hari Pangan Sedunia 2015, dan maju terus petani bangsaku.
Back To Top